Media Pembelajaran : Power Point Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas 4 SD
https://drive.google.com/file/d/1hLqxWvp4AVff4Ji05fVp9Pj3Psfk7OSh/view?usp=drivesdk
Mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan
Media Pembelajaran : Power Point Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas 4 SD
https://drive.google.com/file/d/1hLqxWvp4AVff4Ji05fVp9Pj3Psfk7OSh/view?usp=drivesdk
Zaman Pra Yunani Kuna (zaman batu), pada abad VI SM muncul lahirnya filsafat sehingga orang mencari jawaban rasional tentang problem alam semesta.
Zaman Yunani Kuno, pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide.
Masa Helinistis Romawi. Pada masa ini muncul beberapa aliran yaitu :
Stoisisme, segala kejadian menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
Epikurisme, segalanya terdiri dari atom atom.
Skepisisme, bidang teoretis manusia tidak mampu mencapai kebenaran.
Eklektisme, pengambilan unsur filsafat dari aliran aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.
Neoplatoisme, paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato.
Zaman Abad Pertengahan, mengalami 2 periode yakni: a. Periode Patrikis mengalami tahap: permulaan agama Kristen dan filsafat Agustinus. b. Periode Skolastik menjadi 3 tahap yakni; periode awal, periode puncak, dan periode akhir.
Zaman Renaissance, zaman peralihan menjadi kebudayaan modern.
Zaman Modern, ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah.
Zaman kontemporer (abad XX dan seterusnya). Perkembangan filsafat ilmu, antara ontologi, epistemologi, aksiologi seiring tidak seimbang. Ilmu pengetahuan terbentuk dengan beberapa tahap dan periode periode perkembangan sebagai berikut :
Abad ke-4 SM, peninggalan peninggalan menggambarkan ilmu pengetahuan mulai ditemukan. Pada abad ini terjadi pergeseran dari persepsi mitos ke persepsi logos atau rasional. Aristoteles adalah tokos yang terkenal pada periode ini. Pandangan Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan ilmu pengetahuan adalah hal hal sebagai berikut:
Pengenalan, terbagi menjadi 2 (dua) macam yakni: pengenalan indrawi yaitu pengetahuan tentang hal hal konkret dari suatu benda, dan pengenalan rasional.
Metode. Metode untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ada 2 (dua) yakni : induksi intuitif yaitu penyusunan hukum yang berasal dari fakta, dan dedukasi (silogisme) yaitu pengetahuan universal menuju fakta-faktamempersoalkan hakikat.
Sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip prinsip yang kuat yaitu jelas dan terpilah pilah serta di satu pihak berpikir pada kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi, dilihat dari pandangan Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan Cogito Ergo Sum yang artinya karena aku berpikir maka aku ada. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus ragukan apa yang kita amati, karena melalui keraguan akan menimbulkan kesadaran. Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808), bahwa ilmu pengethuan itu bukan merupakan pengalaman terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio dan berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek. Menurut Syadali (1997) rasionalisme sangat bertentangan dengan empirisme. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasarkan rasio, ide ide yang masuk akal. Pengalaman nyata, itu hanyalah fotokopi dari sebuah ide. Namun, realitas keilmuan tidak selalu demikian. Oleh sebab itu, dalam mencari kebenaran, filsafat ilmu tidak mempermasalahkan paham tersebut, yang terpenting adalah ada kontinuitas, tidak saling bertentangan antar paham. Filsafat ilmu sebagai induk keilmuan tidak akan kehilangan jejak ketika menempatkan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu menjadi fondasi berpikir tentang ilmu pengetahuan.
Abad 17 sesudah Masehi, pada periode yang kedua ini terjadi revolusi ilmu pengetahuan karena adanya perombakan total dalam cara berpikir. Apabila Aristoteles cara berpikirnya bersifat ontologis rasional, sedangkan Gallileo Gallilei (tokoh pada abad 17 sesudah masehi) cara berpikirnya bersifat analisis. Abad 17 meninggalkan cara berpikir matafisi ( apa yang berada di balik yang Nampak atau apa yang ada di balik fenomena) dan beralih ke elemenelemen yang terdapat pada suatu benda, jadi tidak mempersoalkan hakikat.
Sejak abad 17, ilmu pengetahuan berpijak pada prinsip prinsip yang kuat yaitu jelas dan terpilah pilah serta di satu pihak berpikir pada kesadaran, dan pihak lain berpihak pada materi, dilihat dari pandangan Rene Descartes (1596-1650) dengan ungkapan Cogito Ergo Sum yang artinya karena aku berpikir maka aku ada. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus ragukan apa yang kita amati, karena melalui keraguan akan menimbulkan kesadaran. Prinsip ilmu pengetahuan satu pihak berpikir pada kesadaran dan pihak lain berpijak pada materi juga dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808), bahwa ilmu pengethuan itu bukan merupakan pengalaman terhadap fakta, tetapi merupakan hasil konstruksi oleh rasio dan berpendapat bahwa pengenalan berpusat pada subjek dan bukan pada objek. Menurut Syadali (1997) rasionalisme sangat bertentangan dengan empirisme. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasarkan rasio, ide ide yang masuk akal. Pengalaman nyata, itu hanyalah fotokopi dari sebuah ide. Namun, realitas keilmuan tidak selalu demikian. Oleh sebab itu, dalam mencari kebenaran, filsafat ilmu tidak mempermasalahkan paham tersebut, yang terpenting adalah ada kontinuitas, tidak saling bertentangan antar paham. Filsafat ilmu sebagai induk keilmuan tidak akan kehilangan jejak ketika menempatkan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu menjadi fondasi berpikir tentang ilmu pengetahuan.
Biografi Imam Muslim (204-261 H)
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Beliau dinisbatkan dengan kota Naisabur dimana beliau dilahirkan disana, sebuah kota kecil di sebelah timur laut Negara Iran (sekarang). Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan tahun kelahiran beliau, namun menurut pendapat yang kuat, Imam Muslim dilahirkan pada tahun 204 H/802 M. Ia juga belajar hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan pernah mendengar dari guru-guru Al-Bukhari dan ulama lain selain mereka. Orang yang menerima hadis dari Imam Musli, termasuk ulama-ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa karangan yang bermutu dan bermanfaat. Yang paling bermanfaat adalah kitab sahihnya yang dikenal dengan Sahih Muslim. Kitab ini, disusun lebih sistematis dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Bisa disebut dengan As-Shohihaini, yang berarti dua orang tua, maksudnya dua ulama tokoh pakar hadis. Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya. Ia belajar hadis sejak usia dini, yaitu saat berusia 16 tahun, yaitu mulai tahun 218 H. ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan Negara-negara lainnya.
Di Khurasan ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih, di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu Ansan; di Irak, ia belajar hadis kepada Imam Ahmaddan Abdullah bin Maslamah; di Mesir, ia berguru kepada Amr bin Sawad, Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadis yang lain. Ia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, ia sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya dan ketika terjadi fitnah antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung dengan Bukhari sehingga hal ini menjadi terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Shahih-nya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadis-hadis yang diterima dari Az-Zihli padahal Az-Zihli adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam Shahih-nya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal Bukharipun gurunya. Tampaknya menurut Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan hadis-hadis yang diterima dari kedua gurunya itu ke dalam Shahih-nya, namun tetap mengakui mereka sebagai guru.
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlajnya, diantaranya Al-FamiAsh-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim, Al-Musnad Al-Kabir, (kitab yang menerangkan nama-nama para rawi hadis), kitab Al-Asma wal-Kuna, Kitab Al-Ilal, Kitab Al-Aqran, Kitab Suindera Ahmad bin Hanbal, Kitab Al-Intifa bi Uhubis-Siba, Kitab Al-Muhadaramin, Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahid, Kitab Auladih-Shahabah, Kitab Auham Al-Muhadditsin. Di antara karya-karya tersebut, yang termasyhur adalah Ash-Shahih, yang judul lengkapnya adalah Al-Musnad Ash-Shahih Al-Mukhtasar min As-Sunan bi Naql Al-Adlan Rasul Allah. Menurut perhitungan M.Fuad Abd Al-Baqi, kitab ini berisi 3.033 hadis. Dari perjalanan panjang hidupnya, rihlah ilmiyah, perjuangannya dalam mencari hadis, memberikan kontribusi besar bagi ummat Islam lewat sekian banyak karya, akhirnya pada usia 57 tahun Imam Muslim (rahimahullahu taala) menutup usia, tepatnya pada hari minggu 4 rajab tahun 261 H/859 M, beliau dikebumikan dalam hari senin tanggal 5 rajab tahun 261 H di kota kelahirannya, Naisabur.
Metode Penulisan Kitab Shohih Bukhori Muslim
Metode dan sistematika penulisannya kitab Bukhori sebagai berikut:
Mengulangi Hadis jika diperlukan dan memasukkan ayat-ayat Al-Quran.
Memasukkan fatwa sahabat dan tabiin sebagai penjelas terhadap Hadis yang ia kemukakan.
Mentaliqkan (menghilangkan sanad) pada Hadits yang diulang karena pada tempat lain sudah ada sanadnya yang bersambung.
Menerapkan prinsip-prinsip al-jarḥ wa at-ta’dīl.
Mempergunakan berbagai sigat tahammul.
Disusun berdasar tertib fiqih.
Metode dan sistematika penulisan kitab Muslim antara lain sebagai berikut:
Hanya meriwayatkan Hadis dari para periwayat yang adil, kuat dalam hal hafalan dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya, serta amanah.
Hanya meriwayatkan hadis-hadis yang lengkap sanadnya.
Menyebutkan rawi-rawi dari beberapa hadis yang mempunyai tema yang sama dengan tanpa memotong satu jalur periwayatan dengan redaksi hadisnya, hanya dipisahkan dengan huruf khâ (ح) yang dicetak tebal sebagai tanda batas satu riwayat disambung dengan jalur riwayat yang lain.
Digunakannya ‘cetak tebal’ pada beberapa hadis, misalnya lafad haddatsana (حدثنا), Akhbarâna (اخبرنا) dan haddatsani (حدثنى) hal ini menandakan adanya ‘perbedaan situasi’ yang perawi alami ketika menerima ha
Biografi Imam Bukhari ( 194-256 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin Mughirah Al-Jafi bin Bardizbah Al-Bukhori. Ia dilahirkan bulan Syawal 194 H dinegeri Bukhora, Uzbekistan, Asia Tengah sehingga lebih dikenal nama Al-Bukhori. Ia sangat alim dibidang hadits dan telah menyusun sebuah kitab yang keshohihannya disepakati oleh umat islam dari zaman dahulu hingga sekarang. Bukhari dididik dalam keluarga para ulama yang taat beragama. Dalam kitab Ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayah Al-Bukhari dikenal sebagai orang yang wara, dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang bersifat syubhat (ragu-ragu) hukumnya terlebih hal yang haram. Ia seorang ulama bermazhab Maliki dan murid Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhoari masih kecil. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadis yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun, bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci, terutama Mekah dan Madinah, untuk mengikuti kuliah oleh para guru besar hadis. Pada usia 18 tahun, ia menerbitkan kitab pertama qudhayah shohabah wa Tabiin, hapal kitab-kitab hadis karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya, Syekh Ishaq, ia menghimpun hadis-hadis shahih dalam satu kitab, dan dari satu juta hadis yang diriwayatkan 80.000 rawi disaring menjadi 7.275 Hadis.
Bukhari memiliki daya hapal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bain Ismail. Sosok bukhori kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecokelatan, ramah dermawan, dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan. Sang ayah, Ismail Ibnu Ibrahim, juga seorang ahli hadis yang terpandang. Ismail merupakan salah seorang murid ulama terpandang, Hammad ibnu Zaid dan Imam Malik. Sang ayah tutup usia saat Imam Bukhari masih belia. Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdoa untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Untuk mengumpulkan daya menyeleksi hadits sahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para rawi hadis, mengumpulkan dan menyeliksi hadisnya. Di antara kota-kota yang disinggahinya, antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekah,Madinah), Kufa, Baghdad sampai Asia Barat. Di Baghdad, Bukhori sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota itu, ia bertemu dengan 80.000 rawi. Dari merekalah, Bukhari mengumpulkan dan menghapal satu juta hadis. Namun tidak semua hadis yang ia hafal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadis tersebut bersambung dan apakah rawi (periwayat/pembawa) hadis itu terpercaya dan tsiqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bukhari menulis sebanyak 9.082 hadis. Imam Bukhori meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Ẓuhur pada Hari Raya Idul Fitri.
A. Pengertian Hadits Dhoif
Menurut bahasa, dhaif berarti lemah, yakni hadist yang lemah atau hadits
yang tidak kuat. Menurut istilah An-Nawawiy merumuskan definisi hadist dhoif
sebagai berikut:1
الحديث الضعيف هو ما لم يو جد فيه شروط من شروط الحسن
Artinya: Hadits yang di dalamnya tidak ditemukan syarat-syarat yang wajib
ada dalam hadits shahih dan hasan.
Sedangkan, Nur Din ‘Itr mendefinisikan hadits dhoif sebagai berikut :2
الحديث الضعيف هو ما فقد شرطا من شروط الحديث المقبول
Artinya: Hadist yang di dalamnya tidak ditemukan satu syarat dari syaratsyarat hadits yang diterima (maqbul).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hadits dhoif ialah hadist
mardud.
Sebab kedhoifan suatu hadist ada dua macam, yaitu
1. Dari segi sanad yang terputus
2. Dari segi cacat pada rowinya
B. Pembagian Hadits Dhoif
1. Pembagian Hadits Dhoif dari Segi Sanad yang Terputus
Hadits yang teranggap lemah karena putus (gugur, tidak tersebut) sanadnya
ialah sebagai berikut:
a. Hadits Mu’allaq (معلق)
Mu’allaq berasal dari kata dasar ‘alaqa (علق) yang berarti tergantung atau
digantungkan. Sedangkan menurut istilah ialah 3
هو الذى ما حذف من اول اسناد واحد فاكثر على التوالى
Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Islam Periode Makkah dan Madinah
Pembinaan pendidikan Islam di Kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama Islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan AlQur’an karena AlQur’an merupakan intisari dan sumber pkok ajaran Islam. Disamping itu Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan tauhid kepada umatnya.
Intinya, pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia supaya mempergunakan akal pikirannya dalam memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akhliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yusuf dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan Islam di Makkah meliputi :
Pendidikan keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
Pendidikan akhliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadiaan manusia dari segumpal darah dan kejadiian alam semesta.
Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
Pendidikan jasmani dan kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
Sedangkan pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran Islam, dan merupakan cerminan dari sinar tauhid tersebut. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agama Islam di Madinah adalah dengan membentuk dan membina masyarakat baru menuju satu kesatuan sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan di segani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah :
Nabi Muhammad saw mengkis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antar suku dengan jalan mengikat tali peraudaraan diantara mereka. Nabi mempersaudarakan orang-orang dari berbagai kau, mula-mula diantara sesama Kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.
Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pedidikan bagi warga masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab sosial, baik secara materil maupun moral.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
Suatu kebijakan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum,at yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan shalat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhhamad SAW dan shalat jum’at berjama’ah.
Pembinaan pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Mekah
Sebelum Nabi Muhammad SAW , memula tugasnya sebagai Rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah SWT. Telah mendidik dan mempersiapkan beliau untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna melalui pengalaman, pengenalan, dan peran sertnya dalam kehidupan masyarakat dan lingkngan budanya.
Nabi Muhammad SAW, menerima wahyu pertama dari Allah SWTdi Gua Hira’ padatahun 610 M ketika beliau berusia40 tahun. Wahyu ini sebagai petunjuk dan instruksi untuk melaksanakan tugasnya.
Dengan turunnya wahtu itu, Nabi Muhammad saw. Mendapat tugas dari Allah SWT. Untuk bangun melemparkan kan selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk memberikan peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Setiap wahyu yang diturunkan Allah SWT. Kepada beliau disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk Islam, Nabi menyediakan rumah Arqam bin Abil Arqamuntuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Ditempat itulah pendidikan Islam pertama dalam sejarah pendidikan Islam dilaksanakan. Disanalah Nabi beribadah (shalat) bersama sahabat-sahabatnya , mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada Sahabat-sahabatnya, dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Al-Qur’an kepada para pengikutnya. Di tempat itu pula Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk aama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan Agama Islam.
Pada masa pembinaan pendidikan agama Isla di Mekah Nabi MuhammadSAW. Juga mengajarkan Al-Qur’an karena Al-Qur’an merupakan inti sari dari sumber pokok ajaran Islam. Di samping itu, Nabi Muhammad SAW mengajarkan tauhid kepada umatnya.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah adalah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepada manusia untuk mempergunakan akal pikirannya, memeprhatkan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam semesta sebagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Tujuan pokok pembinaan pendidikan di Mekah
Pokok pembinaan pendidikan Islam di Kota Mekah adalah pendidikan tauhid yang menitikberatkan penanaman nilai-nila tauhid ke dalam jiwa setiap individu Muslim agar dalam jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan terjamin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hanun Asrohah , ada dua bidang pokok yang digarap oleh Rasulullah dalam memberikan pembinaan umat Islamdi Mekah, yaitu sebagai berikut.
Pendidikan Tauhid dalam Teori dan Praktik
Intisari pendidikan Islam di Mekah adalah ajaran tauhid yang menjadi perhatian utama Rasulullah. Pada saat itu masyarakat jahiliyah banyak menyimpang dari ajaran tauhid yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. pokok-pokok ajaran tauhid tercermin dalam Q.S. Al-Fatihah berikut :
Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya. Oleh sebab itu, dialah yang berhak mendapatkan segala pujian.
Allah telah memberikan nikmat, segala keperluan bai makhluk-Nya, dan khusus manusia ditambah petunjuk dan bimbingan agar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah adalah raja pada hari kemudian yang akan memeprhitungkan segala amal eprbuatan manusia di dunia ini.
Hanya Allah satu-satunya yang patut disembah. Hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian ditujukan.
Allah adalah penolong yang sebenarnya maka hanya kepada-Nya manusia meminta pertolongan.
Media Pembelajaran : Power Point Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas 4 SD https://drive.google.com/file/d/1hLqxWvp4AVff4Ji05fVp9P...